Selasa, 14 Agustus 2012

Prosedur dan Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar


PROSEDUR DAN TEKNIK DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. 
A.      LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR.
  Para ahli dalam bidang diagnosis telah mengajukan langkah yang ditempuh untuk melaksanakan diagnosis kesulitan belajar secara berbeda, perbedaan ini hanya perbedaan teknis bukan perbedaan prinsip.
Abin syamsuddin (1981:283-285) mencoba merumuskan pendapat dua orang ahli yaitu Ross dan Stanley serta william Burton.
Ross dan Stanley (1956:332-341) , tahapan-tahapan diagnosis itu sebagai berikut:

5. How can errors be prevented?
Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?


4. what remedies are suggested?
Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?


3. why do the errors occur?
Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?


2. where are the errors located
Di manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?

1.who are the pupils having trouble?
Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan










Burton (1952: 640-652) menggariskan agak lain, berdasarkan pada teknik dan instumen yang digunakan dalam pelaksanaannya sebagai berikut:

1.    Diagnosis umum (general diagnosis)
Menggunakan tes baku seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologik dan hasil belajar. Sasarannya ialah untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2.    Diagnosis analisis (analitik diagnosis)
Mengunakan tes diagnostik sasarannya ialah untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
3.    Diagnosis psikologik (psychological diagnosis)
Pada tahap ini teknik pendektan dan instrumen yang digunakan antara lain:
a.         Observasi terkontrol
b.         Analisa karya tulis
c.         Analisa proses dan respon lisan
d.        Analisa berbagai catatan obyektif
e.         Wawancara
f.          Pendekatan laboratoris dan klinis
g.         Study kasus

Sasarannya ialah untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan.
Dari kedua pola pendekatan di atas kita dapat menjabarkannya ke dalam suatu pola pendekatan operasional sebagai berikut.


INPUT 1
Informasi/ data prestasi dan proses belajar
Identifikasi kasus:
Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar
 
                                                    
INPUT 2
Informasi/ data tes analisis diagnostik
Identifikasi masalah:
Menandai dan melokalisasikan letak kesulitan belajar siswa
Identifikasi factor penyebab kesulitan.
Menemukan jenis dan karakteristik serta faktor penyebabnya.

INPUT 3
Informasi/ data diagnostik psikologis
 












                                                                                                       
Rekomendasi/ Referral:
Membuat saran alternatif pemecahan masalah
Prognosis:
Mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemugkinan penyebabnya.
 











B.       PROSEDUR DAN TEKNIK DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum melaksanakan pengajaran remedial, guru terlebih dahulu perlu menegakkan diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Agar pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat menghasilkan sesuai dengan keinginan, maka taat pada prosedur itu merupakan suatu keharusan.
Beberapa langkah pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1.      Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut:
a.       Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu.
b.      Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
-          Meneliti nilai ujian
-          Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.
-          Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
-          Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.
-          Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa.
Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut:
(a)    Cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya);
(b)   ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa, sakit, izin);
(c)    partisipasi dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi);
(d)   kemampuan kerjasama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya.

a.       Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif
Dalam lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam kontes kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu(40-50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa siswa yang selalu lebih cepat, selalu terlambat dan siswa yang tepat waktu. Dengan membandingkan durasi dan frekuensi siswa itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar.
b.      Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidak hadiran (Absensi)
Frekuensi dari absensi inipun sangatlah berharga untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak angka ketidakhadirannya, kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasinya.
c.       Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat)
Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilan-keterampilan khusus seperti komunikasinya, interaksi sosialnya dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini merupakan catatan partisifasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui siswa mana yang aktif di kelas, dan mana yag pasif.
d.      Penggunaan Catatan dan Bagan Sosio metri
Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam kerjasama ini dibutuhkan suatu  kondisi saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di antara sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana siswa yang memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih, mana siswa yan disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat menjadikan siswa yang terisolasi ini sebagai siswa yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.
2.      Melokalisasikan Letaknya Kesulitan (Permasalahan)
Setelah kita menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar siswa dengan cara sebagai berikut:

a.    Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya.  
b.    Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada bagiam mana siswa mendapat kesulitan.
c.    Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
Sebagai catatan umum, kedua langkah pokok 2.a. dan 2.b. di atas itu dalam pelaksaannya dapat ditempuh dengan beberapa strategi pendekatan, antara lain
1.      Dalam  konteks sistem instuksional yang konvensional, Pelaksanaan pengumpulan  informasi dalam rangka mengidentifiksi kasus dan permasalahan ini dapat di tempuh dua cara:
-          Diintegrasikan dengan kegiatan instruksional, khususnya dalam pelaksanaan evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan design pre-post-test yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan tujuan-tujuandan fungsi-fungsi diagnsotik;
-          Dilakukan secara khusus
2.      Dalam konteks sistem instruksional yang inovatif, sebenarnya pekerjaan diagnostik ini sudah merupakan hal yang inheren dengan sistem dan program instruksionalnya sendiri, misalnya :
a. Dalam sistem pengajaran berprograma (programmed instruction), khususnya yang menggunakan mesin belajar mengajar (teaching machine) atau sistem pengajaran berbantuan komputer ( CIA, computer assisted intruction, pada hakekatnya sepanjang proses belajar merupakan suatu rangkaian diagnotik remedial, dimana kalau siswa salah memilih satu alternatif jawaban (tombol mesin) maka secara otomatis akan memperoleh response (pemberitahuan) salah benarnya performance belajar siswa; kalau jawaban itu benar dapat lanjutkan dengan program berikutnya, tetapi kalau jawabannya salah atau keliru ia harus segera memperbaikinya;
b.  Begitu pula dalam sistem pengajaran modul (modular intruksional syistem) dimana unit demi unit atau modul demi modul hanya dapat diteruskan dengan modul berikutnya setelah mendapat umpan balik (feedback) dari pekerjaan pada setiap modul itu telah tuntas (mastery) barulah dapat mulai dengan kelanjutannya, tetapi kalau ternyata terdapat beberapa kesalahan atau program remedial sebagai koreksi terhadap program aslinya sebelum diperkenalkan melanjutkannya, atau alternatif lain diberikan program pengayaan (enrichment program).
3.      Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
a.    Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
-    Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu yan dapat diketahui melalui test tertentu.
-    Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
-    Gangguan, yang bersifat emosional
-    Sikap dan kebiasaan yang  salah dalam mempelajari bahan pelajaran bahan  pelajaran tertentu.
-    Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
b.    Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
-          Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif learning”)
-          Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
-          Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
-          Beban belajar yang terlampau berat.
-          Metode mengajar yang kurang memadai.
-          Sering pindah sekolah.
-          Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
-          Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
Untuk mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain:
-       Test kecerdasan
-       Test bakat khusus
-       Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
-       Inventory
-       Wawancara dengan siswa yang bersangkutan.
-       Mengadakan observasi  yang intensif baik dalam maupun di luar kelas
-       Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila dipandang perlu.
4.      Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa hal berikut:
a.    Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.
b.    Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu.
c.    Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d.   Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e.    Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f.     Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5.      Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana  atau alternatif-alternatif rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a.    Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b.    Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru mata kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1.      Jadwal kegiatan pemberian bantuan.
2.      Cara bantuan diberikan.
3.      Tempat.
4.       Petugas yang akan memberikan bantuan.
5.      Tindak lanjut bantuan.
6.      Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :
a.    melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi.
b.    membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa.
c.    Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
d.   Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Mengatasi Kesulitan Belajar. http://punyapucca.blogspot.com/2009/10/mengatasi-kesulitan-belajar.html di akses pada tanggal 15 oktober 2010.
Abdurrahman mulyono, 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta :Rineka Cipta.
Entang, 1983. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kuntjojo, 2009. Psikologi Pendidikan. http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/ di akses pada tanggal 15 oktober 2010.
Suriansyah Ahmad, 2001. Modul Pengetahuan Diagnosis Kesulitan Belajar dan remedial Teaching. Banjarmasin: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat FKIP Program PGSD.
Wijayanti Maghfira, 2007. alternatif mengatasi kesulitan belajar www. kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=3964, di akses pada tanggal 15 oktober 2010.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar