PROSEDUR
DAN TEKNIK DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Dunia pendidikan mengartikan
diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami
dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan
kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara
preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan
diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat
kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan
latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan
pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa,
hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah
pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa.
A. LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS KESULITAN
BELAJAR.
Para
ahli dalam bidang diagnosis telah mengajukan langkah yang ditempuh untuk
melaksanakan diagnosis kesulitan belajar secara berbeda, perbedaan ini hanya
perbedaan teknis bukan perbedaan prinsip.
Abin
syamsuddin (1981:283-285) mencoba merumuskan pendapat dua orang ahli yaitu Ross
dan Stanley serta william Burton.
Ross
dan Stanley (1956:332-341) , tahapan-tahapan diagnosis itu sebagai berikut:
5. How can errors be prevented?
Bagaimana
kelemahan itu dapat dicegah?
|
||||||||
4. what remedies are suggested?
Penyembuhan-penyembuhan
apakah yang disarankan?
|
||||||||
3. why do the errors occur?
Mengapa
kelemahan-kelemahan itu terjadi?
|
||||||||
2. where are the errors located
Di
manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?
|
||||||||
1.who are the pupils having trouble?
Siapa-siapa
siswa yang mengalami gangguan
|
||||||||
Burton
(1952: 640-652) menggariskan agak lain, berdasarkan pada teknik dan instumen
yang digunakan dalam pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Diagnosis
umum (general diagnosis)
Menggunakan
tes baku seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologik dan
hasil belajar. Sasarannya ialah untuk menemukan siapakah siswa yang diduga
mengalami kelemahan tertentu.
2. Diagnosis
analisis (analitik diagnosis)
Mengunakan
tes diagnostik sasarannya ialah untuk mengetahui dimana letak kelemahan
tersebut.
3. Diagnosis
psikologik (psychological diagnosis)
Pada
tahap ini teknik pendektan dan instrumen yang digunakan antara lain:
a.
Observasi terkontrol
b.
Analisa karya tulis
c.
Analisa proses dan respon lisan
d.
Analisa berbagai catatan obyektif
e.
Wawancara
f.
Pendekatan laboratoris dan klinis
g.
Study kasus
Sasarannya
ialah untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan.
Dari kedua pola pendekatan di atas
kita dapat menjabarkannya ke dalam suatu pola pendekatan operasional sebagai
berikut.
INPUT 1
Informasi/ data
prestasi dan proses belajar
|
Identifikasi
kasus:
Menandai
siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar
|
INPUT 2
Informasi/ data tes
analisis diagnostik
|
Identifikasi
masalah:
Menandai dan
melokalisasikan letak kesulitan belajar siswa
|
Identifikasi factor
penyebab kesulitan.
Menemukan jenis dan
karakteristik serta faktor penyebabnya.
|
INPUT 3
Informasi/
data diagnostik psikologis
|
Rekomendasi/
Referral:
Membuat saran
alternatif pemecahan masalah
|
Prognosis:
Mengambil
kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemugkinan penyebabnya.
|
B.
PROSEDUR
DAN TEKNIK DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum
melaksanakan pengajaran remedial, guru terlebih dahulu perlu menegakkan
diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan
serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur
dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan
belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis.
Agar
pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat menghasilkan sesuai dengan keinginan,
maka taat pada prosedur itu merupakan suatu keharusan.
Beberapa
langkah pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Beberapa
langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan sebagai berikut:
a. Menandai
siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami
kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus
dalam bidang studi tertentu.
b. Teknik
yang dapat
ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
-
Meneliti nilai ujian
-
Menganalisis hasil ujian dengan melihat
tipe kesalahan yang dibuatnya.
-
Observasi pada saat siswa dalam proses
belajar mengajar
-
Memeriksa buku catatan pribadi yang ada
pada petugas bimbingan.
-
Melaksanakan sosiometris untuk melihat
hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa.
Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi
dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar observasi dapat
mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini
dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut:
(a) Cepat
lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya);
(b) ketekunan
atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa,
sakit, izin);
(c) partisipasi
dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok
(bagan partisipasi);
(d) kemampuan
kerjasama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau menyenangi orang lain
secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya.
a. Penggunaan
Catatan waktu belajar Efektif
Dalam
lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah
mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh siswa
dalam memecahkan masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam kontes kelas lazimnya waktu dialokasikan
untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu(40-50 menit). Dalam konteks
tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu tertentu.
Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa siswa yang selalu
lebih cepat, selalu terlambat dan siswa yang tepat waktu. Dengan membandingkan
durasi dan frekuensi siswa itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui
atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar.
b. Penggunaan
Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidak hadiran (Absensi)
Frekuensi
dari absensi inipun sangatlah berharga untuk menandai siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak
angka ketidakhadirannya, kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah.
Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan
prestasinya.
c. Penggunaan
Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat)
Dalam
bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilan-keterampilan khusus
seperti komunikasinya, interaksi sosialnya dalam menyumbangkan pikiran,
menambahkan dan lain-lain, ini merupakan catatan partisifasi amat berharga. Dengan
demikian kita dapat mengetahui siswa mana yang aktif di kelas, dan mana yag
pasif.
d. Penggunaan
Catatan dan Bagan Sosio metri
Dalam
bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam
kerjasama ini dibutuhkan suatu kondisi
saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di antara sesama anggota.
Dari ini kita dapat mengetahui mana siswa yang memilih dan dipilih dan mana
yang tidak memilih dan dipilih, mana siswa yan disenangi dan mana yang kurang
disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat menjadikan siswa yang
terisolasi ini sebagai siswa yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian
sosial.
2.
Melokalisasikan
Letaknya Kesulitan (Permasalahan)
Setelah kita menemukan kelas atau
individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya
yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah
kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang
manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang
manakah kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan belajar manakah
kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar
siswa dengan cara sebagai berikut:
a. Mendekati
kesulitan belajar pada bidang
studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka nilai prestasi
individu siswa untuk semua bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya
dibuat grafik yang berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan
nilainya.
b. Mendeteksi
pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran
dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa
terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada
bagiam mana siswa mendapat kesulitan.
c. Analisis
terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah
analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses
belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar
berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
Sebagai catatan umum, kedua langkah
pokok 2.a. dan 2.b. di atas itu dalam pelaksaannya dapat ditempuh dengan
beberapa strategi pendekatan, antara lain
1.
Dalam konteks sistem instuksional yang
konvensional, Pelaksanaan pengumpulan informasi dalam rangka mengidentifiksi kasus
dan permasalahan ini dapat di tempuh dua cara:
-
Diintegrasikan dengan kegiatan
instruksional, khususnya dalam pelaksanaan evaluasi reflektif, formatif, dan
sumatif, atau dengan design pre-post-test yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan
tujuan-tujuandan fungsi-fungsi diagnsotik;
-
Dilakukan secara khusus
2. Dalam konteks sistem instruksional
yang inovatif, sebenarnya pekerjaan diagnostik ini
sudah merupakan hal yang
inheren dengan sistem dan program instruksionalnya sendiri, misalnya :
a.
Dalam sistem pengajaran berprograma (programmed instruction), khususnya yang
menggunakan mesin belajar mengajar (teaching machine) atau sistem pengajaran
berbantuan komputer ( CIA, computer assisted intruction, pada hakekatnya
sepanjang proses belajar merupakan suatu rangkaian diagnotik remedial, dimana
kalau siswa salah memilih satu alternatif jawaban (tombol mesin) maka secara
otomatis akan memperoleh response (pemberitahuan) salah benarnya performance
belajar siswa; kalau jawaban itu benar dapat lanjutkan dengan program
berikutnya, tetapi kalau jawabannya salah atau keliru ia harus segera
memperbaikinya;
b. Begitu pula dalam sistem pengajaran modul
(modular intruksional syistem) dimana unit demi unit atau modul demi modul
hanya dapat diteruskan dengan modul berikutnya setelah mendapat umpan balik
(feedback) dari pekerjaan pada setiap modul itu telah tuntas (mastery) barulah
dapat mulai dengan kelanjutannya, tetapi kalau ternyata terdapat beberapa kesalahan
atau program remedial sebagai koreksi terhadap program aslinya sebelum
diperkenalkan melanjutkannya, atau alternatif lain diberikan program pengayaan
(enrichment program).
3.
Lokalisasi
jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan
Pada garis besarnya sebab kesulitan
dapat timbul dari dua hal yaitu:
a. Faktor
internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal
ini antara lain disebabkan oleh :
- Kelemahan
mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu
yan dapat diketahui melalui test tertentu.
- Kelemahan
fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
- Gangguan,
yang bersifat emosional
- Sikap
dan kebiasaan yang salah dalam
mempelajari bahan pelajaran bahan
pelajaran tertentu.
- Belum
memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
b. Faktor
eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya
hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
-
Situasi atau proses belajar mengajar
yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa
belajar secara aktif”student aktif learning”)
-
Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
-
Ketidak seragaman pola dan standar
administrasi.
-
Beban belajar yang terlampau berat.
-
Metode mengajar yang kurang memadai.
-
Sering pindah sekolah.
-
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan
belajar mengajar.
-
Situasi rumah yang kuran mendorong untuk
melakukan aktivitas belajar.
Untuk
mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik
yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain yang
tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain:
- Test
kecerdasan
- Test
bakat khusus
- Skala
sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
- Inventory
- Wawancara
dengan siswa yang bersangkutan.
- Mengadakan
observasi yang intensif baik dalam
maupun di luar kelas
- Wawancara
dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila
dipandang perlu.
4.
Perkiraan
kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak
kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya,
faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa
hal berikut:
a. Apakah
siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.
b. Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa
tertentu.
c. Kapan
dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d. Siapa
yang dapat memberikan pertolongan.
e. Bagaimana
cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f. Siapa
sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5.
Penetapan
kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun
suatu rencana atau alternatif-alternatif
rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi
masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a. Cara-cara
yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b. Menjaga
agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat
didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang
berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada
yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing
penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh
guru mata kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami
siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
1. Jadwal
kegiatan pemberian bantuan.
2. Cara
bantuan diberikan.
3. Tempat.
4. Petugas yang akan memberikan bantuan.
5. Tindak
lanjut bantuan.
6.
Tindak
Lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah
kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat
dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :
a. melaksanakan
bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang
menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau
pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh
motivasi.
b. membagi
tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa.
c. Senantiasa
mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka
terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program
remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
d. Mentransfer
atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat
ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater,
lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan
lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2009. Mengatasi Kesulitan Belajar. http://punyapucca.blogspot.com/2009/10/mengatasi-kesulitan-belajar.html
di akses pada tanggal 15 oktober 2010.
Abdurrahman
mulyono, 2003. Pendidikan bagi anak
berkesulitan belajar. Jakarta :Rineka Cipta.
Entang,
1983. Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Pengajaran Remedi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kuntjojo,
2009. Psikologi Pendidikan. http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/ di akses pada
tanggal 15 oktober 2010.
Suriansyah
Ahmad, 2001. Modul Pengetahuan Diagnosis
Kesulitan Belajar dan remedial Teaching. Banjarmasin: Departemen Pendidikan
Nasional Universitas Lambung Mangkurat FKIP Program PGSD.
Wijayanti
Maghfira, 2007. alternatif mengatasi
kesulitan belajar www.
kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=3964, di akses pada tanggal 15
oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar